Cerita Mini : Suara Berisik


Oleh : Jailani Ansera



Bu Romah, seorang janda tua yang terkenal sangat galak memiliki seorang anak bujang yang sedang merantau. Malangnya, ketika hendak pulang ke desa kecil pinggir laut itu, perahu yang ditumpangi anak tersebut menghilang entah ke mana. Sudah lebih sebulan lamanya kabar kehilangan anaknya tersebut datang sehingga esok ia mau tak mau mengadakan acara empat puluh hari anaknya.

Orang-orang kampung percaya bahwa perahu yang ditumpangi Kumang pastilah terbalik kena badai. Sedangkan orang-orang di dalamnya tenggelam ke laut, buruknya lagi telah menjadi santapan ikan hiu. Setiap mendengar cerita seperti itu, tentu saja Romah tidak henti-hentinya mengumpat.

“Allah, hamba mohon, kembalikan Kumang. Ia satu-satunya anak yang hamba punya.” Lirih Romah di malam hari yang sepi dalam kamarnya. Tidak ada suara siapa-siapa kecuali deru ombak dan angin bersiuh yang datang dari laut menghantam pantai di belakang rumah. Sedangkan ruang tamu terdapat beberapa kerabat yang menginap hendak membantu acara besok. “Sedihlah sungguh hati hambamu ini. Tiada yang dapat hamba mohon kecuali pada-Mu.” Tambah Romah pula dalam doanya sambil meneteskan air mata.

Setelah lelah rasanya berdoa, Romah beristigfar.  Sedangkan di luar sana, suara tenang tiba-tiba saja berisik. Bunyi manusia berbisiki-bisik mengusik Romah. Terlebih lagi ketika suara itu terasa semakin dekat dan nyaring sehingga nyaris berupa teriakan. Sambil membuka pintu kamarnya dengan kasar, Romah ingin meneriaki orang-orang di luar sana. Mereka itu tidak sopan menurutnya karena mengganggu kesedihanya.

“Krak!!!” Romah membanting jendela. Ia melongokan kepalanya sambil melirik geram. “Diam kalian. Tidak punya malu berisik malam-malam begini!” marahnya.

Tiga pemuda terperanjat sambil berteriak karena mengira Romah adalah hantu gentayangan. Akan tetapi setelah menyadari sosok sesungguhnya dari orang berpakaian putih itu, seorang pemuda berseru. “Bulek, Bulek, Kumang ketemu. Ia selamat.”

“Benarkah?”

“Sungguh. Ia ada di pelabuhan. Ditemukan nelayan di pulau kecil tak berpenghuni.”

“Kumang? Kumang, anakku?” Romah serasa tak percaya.

“Iya, Bulek!”

Romah berteriak sambil berlarian ke pelabuhan. Teriakanya sangat berisik sehingga membangunkan seluruh tetangga dan keluarga yang sedang tertidur.


***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Pendekatan Memahami Teknologi : Perkembangan Teknologi Informasi dan Pola Interaksi Remaja Masa Kini

Mengunjungi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam Memaknai Nasionalisme

PENGGOLONGAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI DAN SALURAN DAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI