[Cerita Mini] Cinta yang Sederhana




Baiklah Irene,” kata Ludwik sambil memperlihatkan wajah cemas dan gusar. “Telah aku sediakan kertas dan bolpen.” Tambahnya pula sambil berusaha tersenyum tipis. Manis dan menawan. Sedangkan mata laki-laki di depanku itu sayup dan tenang sebagaimana laki-laki Jerman pada umumnya.

Aku menatap wajahnya keheranan.

Perlu aku bacakan ini?” tawarnya. Lalu ia memulai untuk membaca kertas tersebut ketika melihat ku mengangguk.

“Surat perjanjian sebelum pernikahan.” Mulainya dengan suara dalam dan serak. “Baiklah, ku pikir lansung ke poin-poinya saja. Pertama, kita akan tinggal di rumah yang telah aku pilihkan. Dua kamar tidur, dua kamar mandi, satu dapur minimalis dengan dua kompor, atap dari tanah liat merah,” ia berhenti sejenak dan menatapku, “biar ramah lingkungan!” Tegasnya.

Kedua, nantinya kita akan mempunyai dua anak, tidak lebih. Laki-laki atau perempuan boleh saja. Setiap Senin dan Jum’at aku bekerja sehingga kau harus setia di rumah, mendidik anak kita. Sedangkan Sabtunya kau bebas. Bisa bertemu dengan teman-temanmu dan sebagainya, karena aku tidak ingin terlalu mengekang. Akan tetapi, Minggu kita harus jalan-jalan santai sekeluarga ke luar ruangan. Segala halnya, aku yang merencanakan.”

Aku menggeleng kepala. Sumpah pembicaraan malam ini sungguh mengganggu. Terlebih pula kami berada di café dan Ludwik membaca surat itu dengan keras. Seolah-olah sekarang aku sedang bertemu dengan pengacara.

Masih dalam keadaan mengabaikan ku, ia melanjutkan. “Ketiga, untuk makan keluarga kita. Sarapan tepat pukul tujuh pagi. Semuanya sudah berkumpul di…”

Poin berikutnya!”

“Ku rasa kau benar-benar harus memahami yang satu ini.”

“Ku bilang lewatkan saja!”

Semuanya tidak akan berjalan lancar tanpa direncanakan. Kau tahukan, betapa sulitnya aku merencanakan semua ini?”

“Aku tahu sekali. Sangat tahu betapa menderitanya aku ketika menikah denganmu.” Lalu aku pun berdiri dan meninggalkanya sendiri.

Ku lihat ia menundukkan wajah di meja. Sepertinya sedang kecewa dan putus asa. Ah, Ludwik aku sungguh mencintaimu secara tulus. Akan tetapi kau tahu? Cinta seharusnya dilakukan secara sederhana.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Pendekatan Memahami Teknologi : Perkembangan Teknologi Informasi dan Pola Interaksi Remaja Masa Kini

Mengunjungi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam Memaknai Nasionalisme

PENGGOLONGAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI DAN SALURAN DAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI