Tentang Masa Depan di Tengah Hujan
"Membiarkan dua hati untuk berbicara jujur itu susah sekali"
Gorges Desipris/pexels
Sykurlah ia masih sabar menunggu di seberang jalan. Tepat di depan sebuah gereja besar, dimana aku dapat memperhatikanya sambil memnutup sebuah toko. Lalu ketika toko yang aku jaga benar-benar tutup, Aldi, seorang koki muda itu mendekat ke arahku. Seperti biasa, ia baru pulang dari hotel tempat ia bekerja.
“Kau tak pernah terlambat satu haripun.” Kataku padanya sambil tersenyum.
“Kau tak memintaku untuk datang terlambat.” Jawabnya sambil membiarkan aku berjalan duluan. lalu ia mengejarku di bawah langit yang mulai menurunkan hujan.
Takut kebasahan, kamipun berteduh. Seperti biasa, teman laki-lakiku itu membuka jaket tebalnya lalu diserahkan padaku. Manis sekali. Aku pura-pura cuek, meskipun sebenarnya aku senang. Sangat senang.
“Apa yang akan kita bicarakan sekarang?” Tanya Aldi. Kami punya kebiasaan membicarakan berbagai hal ketika hanya duduk berdua tanpa kerjaan seperti ini. Itung-itung untuk menghilangkan rasa bosan.
“Tentang masa depan, mungkin.” Kataku.
“Menurutmu, bagaimana masa depanmu?”
“Penjaga toko semakin lama akan semakin tua. Ketika semakin tua semakin tidak cantik. Ketika sudah tidak cantik, ia akan diberhentikan.” Jawabku sambil tersenyum ironis.
“Kamu cantik.”
Jujur, aku tersipu malu. “Bagaimana denganmu?” tanyaku.
“Koki semakin tua akan semakin berpengalaman. Semakin juga ia dibutuhkan.” Jawab Aldi sambil tersenyum.
Aku menunduk sambil meratapi nasib ku. Sungguh, masa depanku malang sekali.
“Menurutmu bagaimana masa depan kita?” Tanya laki-laki itu secara tiba-tiba.
“Eh,” aku terkejut. Lalu aku tertawa dengan gurauanya. “Aku tidak tahu.”
“Kita tak pernah membicaakanya, sih!” responya.
“Menurutmu gimana?” tanyaku berharap.
Aldi menampilkan wajah serius. Mencoba tegak berdiri di hadapanku. Sedangkan cahaya lampu kuning yang dinyalakan membuat rambut basahnya berkilauan. “Hmm….” Katanya seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. “Aku juga tidak tahu.” Ia menggelengkan kepala.
Aku menampilkan senyuman yang terkulum manis. Aku tahu Aldi mencintaku. Aku juga tahu kalau Aldi tahu bahwa aku mencintainya. Akan tetapi membiarkan dua hati untuk berbicara jujur itu susah sekali.
***
Komentar
Posting Komentar