Perkembangan Keilmuan Islam pada Abad Pertengahan
Abad Pertengahan dimulai pada abad ke-5 M
hingga abad ke-7 M. Pada zaman ini, terjadi kemunduran ilmu yang dialami oleh
Peradaban Barat, dalam hal ini bangsa Yunani. Faktor utama yang mendorong
terjadinya kemunduran ilmu Yunani disebabkan oleh, semakin meluasnya ajaran
Kristen, yang dalam hal ini diwakili oleh gereja. Semakin meluasnya pengaruh
gereja terhadap kerajaan menyebabkan bangsa barat terjadi kemunduran ilmu,
dikarenakan semakin berkembangnya ajaran mistis yang dibawa oleh gereja dan
semakin ditekanya pemikiran rasional para ilmuan pada zaman itu.
islamsainsteknologi.blogspot.com
Di wilayah timur pada abad pertengahan ini,
munculah suatu peradaban baru yang di kenal dengan peradaban Islam. Peradaban
yang berasal dari Kawasan Timur Tengah ini menjadi pelopor untuk perkembangan
ilmu pengetahuan pada abad pertengahan. Pengaruh pemikiran Bangsa Arab pada
tahun 800-1200 M mempunyai peranan penting bagi perkembangan ilmu dan filsafat
selanjutnya. Pada era inilah peradaban Islam berhasil memelihara warisan
karya-karya para filsuf dan ilmuan zaman Yunani Kuno[1].
Pada zaman ini juga, kalanagan intelektual
dan kerajaan Islam melakukan penerjemahan karya-karya pemikir Yunani Kuno, ke
dalam Bahasa Arab. Setelah penyebaran agama Islam sampai ke Barat melalui
Andalusia, Spanyol. Saat itu bermunculan pemikir Islam di daerah Eropa bagian
Barat tersebut, seperti Ibnu Rushd. Para ilmuan muslim itu jugalah yang kembali
membawa pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dari Arab ke Eropa[2].
Pada awal perkembanganilmu di kalangan
Islam terbatas pada pemikiran Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga dikenal banyak
ilmuan muslim yang berkecimpung dalam keilmuan tersebut. Seperti yang banya
dikenal ilmuan muslim antara lain; Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Majah, dan
masih banyak lagi.
Namun, seiring berjalanya waktu.
Perkembangan keilmuan BangsaArab mengalami kemajuan pesat, sehingga menjadi
pelopor keilmuan abad pertengahan. Salah satu faktor yang mendorong terjadi
perkembangan keilmuan yang pesat di Timu Tengah, yang dalam hal ini diwakili
oleh muslim adalah peran kerajaan yang besar terhadap perkembangan keilmuan.
M. Natsir Arsyad dalam bukunya “Ilmuan Muslim Sepanjang Sejarah”
(1995) menbagi perkembangan keilmuan muslim menjdi beberapa bagian, mulai pada
abad VIII hingga abad XX. Pembagian ini terdiri atas beberapa peiode.
Sekita
abad VIII dan IX
1. Jabir
Ibnu Hayyan (721-815 M)
suaramuhammadiyah.id
Salah satu tokoh yang berperan dalam
perkembangan keilmuan pada kisaran abad VIII hingga IX adalah Jabir Ibnu
Hayyan. Jabir Ibnu Hayyan merupakan ilmuan muslim yang terlahir pada masa Bani
Umayyah. Ia danggap sebagai bapak ilmu kimia dan juga sebagai pendiri
laboratorium pertama. Ibnu Hayyan dalam argumentnya juga tidak seluruhnya
berdasarkan empiris, tapi ia juga memasukan unsur legenda dan mistis.
Dalam hal ini, ia membagi unsur menjadi tiga
yaitu; tubuh, nyawa, dan akal. Dalam kaitan dengan unsur kimia maka emas (Au)
dan perak (Ag) termasuk pada bagian tubuh. Sulfur (S) dan Arsenik (As) termasuk
bagian nyawa. Sedangkan Merkuri (Hg) atau air raksa tergolong dalam bagian
akal.
2.
Al-Khawarizmi
(780-850 M)
hhamparan.net
Al-Khawarizmi
lahir di Khawirzm, Uzbekistan. Di Eropa ia lebih dikenal dengan nama Algorism.
Ia merupakan seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, dan geografi.
Salah satu temuan
Al-Khawarizmi yang terkenal adalah angka
nol, yang mudah dalam perhitungan angka dengan nilai tinggi dan memberikan
kemudahan dibandingkan angka Romawi. Selain itu, ia juga dikenal sebagai penemu
aljabar.
3.
Al-Kindi
(809-873 M)
cihef.bbci.co.uk
Di barat Al-Kindi lebih
dikenal dengan sebutan Alkindus. Merupakan seorang filsuf dari keturunan suku
Kindah, Arab Selatan. Ia dikenal sebagai filsuf yang mengembangkan dan
penggerak ilmu pengetahuan. Al-Kindi mendalami berbagai bidang ilmu pengetahuan
seperti; logika, kedokteran, ilmu falak, matematika, optik, dan lain-lain. Di
bidang optik sendiri, Al-Kindi berkesimpulan bahwa benda akan terlihat
karena mata memancarkan sinar kepada benda.
Abad
X sampai XIV
1.
Al-Farabi
(870-950 M)
salamislam.com
Dalam naskah Latin
Al-Farabi dikenal dengan sebutan Avennasar ataupun Alfarabius. Ia merupakan
seorang komentator Aristoteles yang mansyur pada zamanya. Al-Farabi mendalami
ilmu logika dan fisika, beberapa karyanya telah diterjemahkan kedalam berbagai
bahasa seperti buku “The Book of Germs” yang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris
dan Turki.
2. Ibnu Sina (980-1037 M)
hislamic-center.or.id
Ibnu Sina merupakan
ilmuan muslim yang mansyur, selain dikenal dalam hal ilmu alam, ia juga dikenal
dalam keilmuan agama. Pada usia 18 tahun Ibnu Sina telah menguasai banyak
cabang ilmu pengetahuan agama seperti; tafsir, fiqh, perbandingan agama (ushuluddin),
tasawuf, dan sebagainya.
Salah satu karya paling
penomenal dari Ibnu Sina adalah buku yang berjudul “Canon of Medicine” yang
dipakai oleh dinasti Han di Cina. Selain itu buku ini juga menjadi standar ilmu
kedokteran di Eropa selama lebih 500 tahun.
Beberapa pernyataan Ibnu Sina antara lain, “darah mengalir secara
terus-menerus dalam suatu lingkaran dan tidak pernah berhenti.”
Selain itu Ibnu Sina juga dapat mematahkan pernyataan ilmuan muslim
yang berada di abad IX yaitu Al-Kindi. Yaitu pendapat yang menyatakan bahwa sinar
cahaya bergerak mulai dari obyek dan menuju ke mata. Berbanding terbalik
dari pernyataan Al-Kindi yang menyatakan bahwa benda akan terlihat karena
memancarkan sinar kepada benda.
Abad
XV hingga XIX
Beberapa ilmuan muslim yang dinilai dapat
menjadi pelopor keilmuan muslim pada masa ini antara lain; Ibnu Majid dan
Khayrallah Effendi. Ibnu Majid merupakan seorang navigator Arab abad
pertengahan, sedangkan Khayrallah Effendi merupakan ilmuan yang berasal dari
Turki, dan merupakan ahli sejarah dan kedokteran. Buku karya Khayrallah Efendi
yang mansyur adalah “Makalat-i Tibbiyye” yang merupakan kumpulan-kumpulan
naskah medis yang diterbitkan di Istanbul.
Pada masa ini perkembangan ilmu muslim
mulai mengurangi kemunduran, meski masih ada beberapa ilmuan muslim yang
terkenal dari Turki. Namun kenyataanya perkembangan ilmu pengetahuan malah
lebih berkembang di wilaya Eropa. Salah satu faktor yang menyebabkan mandegnya
ilmu pengetahuan masa ini adalah karena kebijakan dari Dinasti Ottoman (Turki)
lebih kepada kebijakan militer dibandingkan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Sedangkan pada masa sebelumnya, Dinasti Umayyah (termasuk di
Andalusia) dan Dinasti Abasyiah, keilmuan merupa kajian yang penting dalam
lingkup istana.
Pada masa setelah itu, maka keilmuan
didomonasi oleh Barat, yang perkembanganya melalui Andalusia (Spanyol). Selain faktor politik yang telah dijelaskan
di atas. Faktor kekalah Turki melalui perang salib juga semakin menyebabkan
merosotnya keilmuan Timur Tengah, karena banyak naskah-naskah ilmuan sebelumnya
yang hilang.
technologytimes.pk
Setelah didominasi oleh Barat, pada masa
modern ini barulah mulai kembali bermunculan ilmuan muslim. Salah satunya
adalah Prof. Dr. Abdus Salam, merupakan ilmuan kelahiran Pakistan, 29 Januari
1926 M. Ia merupakan peraih nobel fisika atas temuanya terhadap elektro
magnetis. Peraihan Abdus Salam itu sekaligus menjadi nobel pertama yang diraih
oleh orang muslim.
Komentar
Posting Komentar