Agenda Setting and Ecology Media Teori dalam Film All the President’s Men


1.1  Latar Belakang

The New York Times
    Film merupakan salah satu bagian dari media massa. Dengan film, penyebaran informasi dapat dilakukan oleh sekelmpok orang terhadap publik yang dapat menimbulkan perubahan sikap maupun perilakun terhadap komunikan.

   Diskusi mengenai film, biasanya akan syarat dengan pembahasan mengani teori-teori media massa yaitu Cultural Studies, Cultivasion Analysis, maupun Uses and Gratification Theory. Namun, dalam Film All the President’s Men menulis tidak menggunakan teori yang disebutkan diatas. Penulis lebih memilih teori agenda setting dan ecology media.

   Alasan pertama atas sikap penulis adalah asumsi bahwa kita tidak sedang dalam membahas efek film terhadp publik, namun lebih kepada jurnalisme dalam film All the President’s Men sendiri. Film yang mengisahkan tentang salah satu harian terkenal Amerika Serikat, yaitu The Washington Post dan dua orang wartawan mereka. Sehingga film ini mungkin tidak berfokus pada penghancuran budaya dunia ketiga maupun hal apa saja yang biasa dilakukan oleh penonton pada media. Sehingga penulis merasa kurang relevan untuk menggunakan teori-teori tersebut.

   Kedua, melihat tempat kerja yang penuh dengan wartawan dan beberapa memerankan sebagai redaksi, maka penulis berpikir bahwa film yang diceritakan tersebut sarat akan agenda setting media. Selain itu, Ecologi media dapat dilihat dari competitor mereka yaitu New York Times.

    Terakhir, dengan melihat latar belakang kejadian yang berlansung pada abad ke 18, maka penulis merasa penting untuk membawa permasalahan tersebut pada masa saat ini dimana teknologi informasi berlansung cepat. Kita telah menjadikan internet sebagai media yang banyka digunakan, dan Koran mulai ditinggalkan. Oleh karena itu, penulis memasukan teori ekologi media sebagai pelengkap dalam diskusi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Seperti apakah Film All the Presient’s Men?
2.      Bagaimana Analisis Film All the President’s Men terhadap teori media massa?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Informasi Film
Nama Film      : All the President’s Men
Sutradara         : Alan J. Pakula
Rilis                 : 14 April 1976
Durasi              : 138 menit



Aktor
Aktor
Peran
Dustin Hoffman
Carl Bernstein
Robert Redford
Bob Woodward
Jack Warden
Harry M. Rosenfeld
Martin Balsam
Howard Simons



2.2 Sinopsis Film

thedailybeast.com
   Film All the President’s Men bermula dengan latar belakang sebuah kantor berita media cetak di kota Washington, yaitu The Washington Post. Dalam film tersebut, seorang junior wartawan, Bob Woodward menghadiri sebuah sidang pencurian yang dilakukan oleh empat orang. Namun, salah satu dari pelaku ternyata merupakan orang yang pernah bekerja di CIA. Dari situlah Bob Woodward mulai menulis berita tentang ada keterkaitanya gedung putih dengan kasus Watergate.

   Namun, dikarenakan Woodward terbilang baru bekerja di The Washington Post selama 9 bulan, maka serta merta kepala redaksi tidak begitu saja mengizinkan Bob Woorward untuk melakukan investigasi berita. Mereka berpikir, bahwa pengalaman Bob Woodward masih minim untuk melakukan investigasi, yang merupakan tingkat tertinggi dari tugas seorang reporter. Maka, melihat hal itu seorang wartawan yang lebih senior, Carl Bernstein juga dilibatkan dalam melakukan investigasi terhadap skandal Watergate.

   Mereka, Boob Woorward dan Carl Breinstein melakukan banyak wawancara untuk menguak konspirasi tersebut. Mereka dihadapi dengan permasalahan narasumber informasi yang banyak bungkam. Woodward menyadari bahwa, ada orang yang dibalik layar membungkam narasumber yang bias menjadi saksi kunci terhadap kasus Watergate.

   Meskipun dihadapi banyak permasalahan, namun mereka tidak menyerah begitu saja terhadap pemberitaan tersebut. Mereka terus melakukan penggalian informasi sehingga Woodward bertemu dengan Deep Throat yang boleh jadi adalah saksi kunci terhadap konpirasi yang melibatkan banyak tokoh di gedung putih.

   Namun, Deep Throat yang merupakan nama samaran tidak serta merta membebrkan informasi. Ia hanya memberikan kata kunci tentang konpirasi tersebut, dan menganjurkan Woodward dan Berstein untuk menelusuri uang $25.000 yang berada di rekening seorang pencuri. Dengan data tersebut, kasus mereka berlanjut bahkan hingga ke presiden Richard Nixon.

2.3 Praktek Jurnalistik Film All the President’s Men

Wawancara

    Wawancara dapat diartikan sebagai salah satu cara pendapatan informasi yang dilakukan oleh pewawancara terhadap narasumber. Wawancara sangat dperlukan dalam jurnalistik, dimana wartawan dituntut untuk mendapatkan informasi yang akurat dan mendalam mengenai berita. Dalam film tersebut, banyak terlihat scane yang menunjukan bagian ketika wartawan sedang melakukan wawancara terhadap narasumber terkait kasus Watergate.

   Kedua wartawan banyak melakukan hubungan dengan orang-orang yang berpengarug dilingkungan presiden dan penasehat khusus president untuk memecahkan konspirasi Watergate. Dalam melakukan wawancara, ada dua model wawancara yang mereka lakukan yaitu dengan wawancara lansung yaitu mendatangi narasumber yang ingin didapatkan informasinya dan juga wawancara tidak lansung yaitu melalu telepon.

Pengumpulan Data

   Dalam film All President’s Men, pembaca akan banyak melihat adegan dimana dua wartawan yang merupakan tokoh utama dalam film melakukan pencatatan terhadap informasi yang mereka dapatkan dari narasumber. Praktek jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan Washington Post, Bob Woodwart dan Carl Bernstein dalam pengumpulan data terlihat pada catatan-catatan yang telah mereka tulis. Selain itu juga cek aliran dana $25.000 dari bank di Mexico.

Konfirmasi Berita

    Konfirmasi berita dalam film ini dapat dilihat ketika kepala redaksi Washington Post bertanya tentang kasus Watergate terhadap Bob Woodwart. Dari sana, ia bertanya mengani sumber data yang telah diperoleh wartawan tersebut, apakah valid atau tidak. Hal tersebut, mencerminkan bahwa Washington Post telah melakukan praktek jurnalistik.

2.4 Agenda Setting Media

    Agenda setting sering juga disebut sebagai teori agenda media. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh dua orang pakar komunikasi yaitu Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw. Asumsi dasarnya adalah media memiliki kemampuan untuk menghadirkan sebuah topic di tengah publik, dan kemudian menjadikan topik tersebut sebagai agenda publik. Dengan begini, dapat diartikan bahwa media memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini khalayak.

    Agenda setting, sebagai sebuah teori memiliki tujuan akhir yaitu public policy. Hal ini erat kaitanya dengan asumsi dasar tadi, bahwa media dapat mempengaruhi publik, sehingga agenda media berubah menjadi agenda publik. Maka, ketika sebuah topik telah menjadi agenda publik, maka pemerintah akan terus ditekan oleh masyarakat, sehingga jadilah agenda negara. Dengan itu, pemerintah membuat sebuah kebijakan ataupun keputusan untuk mengatasi [ermasalahan yang awalnya merupakan bagian dari agenda media.

   Dalam film All the President’s Men dapat kita ketahui bahwa The Washington Post memiliki agenda untuk menguak kasus Watergate. Sebelumnya, masyarakat tidak mengetahui tentang konspirasi tingkat tinggi tersebut, malahan sebagian hanya menganggap sebagai aksus pencurian. Namun, setelah melalui investigasi mendalam diberiakan tentang kasus Watergate.

   Setelah kasus Watergate banyak dibincangkan oleh publik, maka media terus menggiring opini publik dengan frame pemberitaan bahwa Presiden terlibat dalam skandal itu, sehingga agenda The Washington Post tersebut berhasil menjadi agenda publik. Dengan begitu, ada tekanan dari khalayak kepada pemerintahan Nixon untuk transparan terhadap kasus Watergate. Pemerintah memiliki tujuan untuk menghentikan kasus tersebut, namun kalah dengan tekanan publik, sehingga presiden mengambil sebuah keputusan (Public policy) yaitu dengan mengundurkan diri dari jabatanya.

2.5 Media Ecology Teori

    Media Ecology teori memiliki tiga asumsi dasar yang dapt dijelaskan, yaitu bahwa media berpengaruh terhadap setiap tindakan di masyarakat, media dapat mempengaruhi persepsi kita dan menjelaskan mengenai pengalaman yang kita miliki, dan media juga secara bersama-sama mengikat dunia.

   Dari penjelasan tersebuut da[at ditarik sebuah benang merah bahwa, The Washington Post tidaklah melakukan agenda setting secara sendiri. Tentunya, ada media-media lain yang juga mempengaruhi agenda publik, dari film tersebut kita dapat melihat bahwa selain media The Washington Post terdapat media lain yang juga ingin mengungkapkan kasus konspirasi yang melibatkan presden Amerika Serikat.

   Dari awal pemberitaan, kita telah dibawa untuk menyaksikan terjadi sebuah kompetisi anatara The Washington Post dalam menulis berita Watergate dengan New York Times. Dengan adanya dua media besar tersebut, maka akan lebih mudah untuk mempengaruhi agenda publik.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

    Setiap media memiliki agenda yang ingin disampaikan terhadap publik, termasuk The Washington Post. Dalam Film All the President’s Men terlihat bahwa The Washington Post ingin mengungkapkan kasus Watergate. Hal tersebut telah menjadi agenda mereka, namun dengan semakin maraknya pemberitaan yang disampaikan, akhirnya hal tersebut menjadi Agenda Publik.

3.2 Saran

    Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, di butuhkan kritik dan saran dari akademika yang lain. Dan diharapkan akademika lain bisa melakukan analisa terhadap praktek konglomerasi lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda
Lynn H. Turner and Richard West. 2010. Introduction Communication Theory. Boston: McGraw-Hill
Romeltea.com
Pakarkomunikasi.com

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Pendekatan Memahami Teknologi : Perkembangan Teknologi Informasi dan Pola Interaksi Remaja Masa Kini

Mengunjungi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam Memaknai Nasionalisme

PENGGOLONGAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI DAN SALURAN DAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI