Pendalaman Komunikasi Lintas Budaya dan Agama dalam Mewujudkan Perdamaian Indonesia





Abstrak

squarespace.com

   Indonesia sebagai negara plural merupakan fakta yang tidak tergantikan. Dari Sabang hingga Merauke, banyak sekali budaya, tradisi, dan agama yang ada di Indonesia. Tercatat Indonesia memiliki lebih dari 300 suku dan memiliki enam agama yang diakui secara konstitusi. Setiap budaya, tradisi, dan agama memiliki ciri-ciri khas mereka mansing-mansing, serta memiliki norma-norma dan tata aturan  yang berlaku dalam budaya, tradisi, dan agama tersebut.

    Di satu sisi, kehadiran keberagamaan budaya dan Agama di Indonesia, merupakan suatu contoh bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi dibandingkan negara-negara lain. Kenapa tidak, banyak negara-negara di dunia ini, karena perbedaan agama, ras, suku, dan antar golongan menyebabkan terjadinya perang saudara dalam negara itu sendiri. Berjalanya seluruh budaya, tradisi, dan agama yang ada di Indonesia secara berdampingan merupakan sebuah kelebihan tersendiri yang dimiliki oleh Negara Indonesia dibandingkan negara lainya.

   Kendatipun demikian, di sisi lain seperti kita ketahui, perjalanan ketidakberagaman di Indonesia tidak selamnya berlansung langgeng. Dalam penerapan atau implementasi dalam kehidupan sehari--hari, selalu saja terjadi ketidak harmonisan antara budaya, tradisi, dan agama yang berbeda-beda di Indonesia. Sebagai contoh ketidak harmonisan karena perbedaan budaya, tradisi, dan agama di beberapa daerah dapat kita temui pada kasus Poso, Sampit, dan juga permasalahan pembakaran masjid di Papua.

     Meskipun permasalahan yang disebabkan perbedaan budaya, tradisi, dan agama tersebut tidak terlalu terlihat dan hanya terjadi pada ruang lingkup lokal, dan tidak menjerembah pada bertikaian nasional tetap saja ketidak harmonisan karena perbedaan harus diwaspadai agar tidak menjadi permasalahan yang bersifat laten dan terus-menerus.

   Jika kita biarkan permasalahan ini berlarut-larut, bukan tidak mungkin perbedaan budaya, tradisi, dan agama dapat mengganggu berjalanaya sistem ketatanegaraan Indonesia. Jika pertiakaian dan ketidak harmonisan terjadi karena keberagaman yang ada di Indonesia, maka hal itu telah mengancam kesatuan negara Indonesia yang bersemboyan “Bhinneka Tunggal Ika”[1]

    ketidak selarasan ini tentu perlu dikaji lebih mendalam. Salah satu pisau analisis yang tepat dalam mengkaji perbedaan budaya, tradisi, dan agama di Indonesia adalah Komunikasi lintas budaya dan Agama. Mengapa komunikasi ini penting, karena komunikasi merupakan proses saling bertukar pikiran dengan cara verbal ataupun nonverbal. Dengan adanya pertukaran pemikiran itu, maka kita akan saling memahami antara satu dengan yang lainya dan lebih bersikap toleransi terhadap perbedaan.

Studi Komunikasi Lintas Budaya dan Agama

wikimedia.org

    Sebelum merujuk pada Komunikasi Lintas Budaya dan Agama, akan lebih baik jika kita mengetahui defenisi komunikasi yang kita gunakan dalam memahami persfekti budaya dan agama ini terlebih dahulu, menurut seorang Pakar Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung (Deddy Mulyana, 2012:5) mendefenisikan Komunikasi sebagai berikut:

   “Communication can be defined as the sharing of experience”

   Hampir senada dengan yang dikatakan oleh Deddy Mulyana, (Tubbs dan Moss, 2001:5) mendefenisikan komunikasi sebagai berikut:

    “Communication is the creation of meaning between two people or more”

    Dari kedua definisi pakar komunikasi tersebut dapat kitapahami komunikasi sebagai suatu cara untuk bertukar pikiran agar saling mengenal antara satu dan yang lainya. Secara luas, jika defenisi tersebut kita tarik pada pengertian komunikasi lintas budaya dan agama, maka kita dapat mendefenisikanya sebagai suatu proses saling keterbukaan dan saling bertukar pikiran antara dua orang atau lebih dari berbagai budaya dan agama yang berbeda.

    Tentu saja komunikasi lintas budaya dan agama menjadi menarik untuk dikaji, karena sangat sesuai untuk meningkatkan nilai toleransi yang disebabkan oleh perbedaan antara umat dan beragama. Dengan adanya saling toleransi dan memahami perbedaan ini, maka keharmonisan antara perbedaan budaya dan umat beragama tidaklah sekedar menjadi cita-cita yang telah tertulis dalam Bhinneka Tunggal Ika, tetapi dapat diemplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia.

Indonesia dalam Perspektif Komunikasi Lintas Budaya dan Agama

asiawebdirect.com

  Telah kita ketahui sebelumnya bahwa Indonesia merupakan negara yang majemuk. Banyak terdapat perbedaan suku, agama, budaya, dan tradisi di Indonesia. keberagamaan yang ada di Indonesia tersebut diikat dalam suatu kenyataan bahwa Indonesia memiliki semboyan yang mengikat dan menjadi suatu keharusan, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Dengan adanya Bhinneka Tunggal Ika ini, Indonesia lebih dapat memahami dan saling menanamkan rasa pengertian untuk memaklumi segala hal perbedaan yang ada.

   Sikap intoleransi karena perbedaan budaya dan agama di Indonesia relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lainya. Kita ambil contoh Afrika Selatan misalnya, sebelum naiknya Nelson Mnadela sebagai pemimpin di Afrika Selatan yang mengapuskan sistem politik Apertheid secara berkala. Praktek intoleransi karena perbedaan budaya telah menjadi lumrah di negara tersebut. Banyak dari warga berkulit hitam di tekan oleh kalangan minoritas warga berkulit putih karena perbedaan warna kulit di antara mereka. Dengan adanya perbedaan wana kulit tersebut, terjadi kesenjangan-kesenjangan yang mengakibatkan saling mereganganya rasa nasionalisme warga yang memiliki ras dan kebudayaan berbeda.

    Peristiwa mengenai kesenjangan karena perbedaan warna kulit ini juga dialami oleh warga amerika serikat, bahkan hingga saat ini meski tidak seburuk saat sebelum terjadi perang saudara di Amerika.
   Sebelum Abraham Lincoln menjadi presiden dan menyuarakan kesamaan hak dan kewajiban antar manusia berkulit hitam dan putih di Amerika Serikat, hal yang sangat lumrah kita temui di Amerika Serikat, khusunya lagi Amerika Serikat bagian Selatan bahwa warga kulit hitam yang didatangkan dari Afrika tersebut sebagai budak yang melayani perkebunan warga Amerika berkulit putih.

    Kasus serupa juga dialami oleh Warga muslim di Rohingya, Myanmar. Karena memiliki perbedaan agama antara islam dan Budha, terjadi perang saudara dalam negara Myanmar sendiri. Perang tersebut terjadi karena tidak saling terbukanya kedua agama, sehingga mansing-mansing mennganggap dirinya lebih baik dan boleh melenyapkan agama ataukeyakinanyang berbeda darinya[2].

Kasus-kasus di atas hanya bercerita tentang intoleransi di manca negara.di indonesia,emski terlihat lebih terbeuka terhadap keberagaman, buakn beartiIndonesia terbebas dari sikap intoleransi dalam memahami perbedaan. Sebagai contoh kecil saja, sering kitadengar mengenai pemkaran masid, pelarangan pembuatan gereja, perusakan wihara, dan lainya.

   Tidak cukup sikap intoleransi bersifat fisik, ungkapan kebencian juga terlihat di media sosial. Banyak postingan-postingan yang mengacu pada SARA dapat menyebabkan perpecahan di Indonesia.

Baca juga : Persepsi Orang Jawa terhadap Cara Makan Orang Melayu 

   Kasus-kasus di atyasa barulah sebagian kecil dari sikap intoleransi yang ada di Indonesia dan beberapa negara di dunia. Masih banyak kasus-kaus lainya yang disebabkan karena perbedaan. Untuk itu, saling memahami perbedaan dan menyampingkan perasaan perbedaan itu agaknya lebih penting. Untuk mengaktualisasikan penyampingan perbedaan dan melihat persamaan tersebut, perlu adanya pengkajian Komunikasi Lintas Budaya dan Agama secara mendalam. Dengan adanya pengkajian tersebut, maka keberagaman yang ada di Indonesia akan saling mengerti bahwa setiap unsur budaya dan agama memiliki corak tradisi dan pemikiranya mansing-mansing. Karena perbedaan tersebut menjadi tongkak untuk saling memahami bukan malah menjadi pemicu terjadinya konflik disebabkan sikap intoleransi.

   Jikapun kita tetap berbedadalam hal kebudayaan dan agama, paling tidak satu hal yang harus kita yakini bahwa kita meupakan sesama umat manusia yang beradab dan tentunya memiliki jiwa prikemanusian di dalam diri individu mansing-mansing.

Komunikasi Budaya dan Agama Diajarkan sejak Dini

squarespace.com

    Setelah memperhatikan betapa mengerikanya ketidak saling memahami dan mengenal perbedaan antara suatu kebudayaan dan agama, maka penting untuk mengkaji komunikasi lintas budaya dan agama sejak dini.

    Penanaman pentingnya untuk bersikap saling toleransi dan menghargai perbedaan dapat disisipi dalam mata pelajaran Pendidiakan Keagamaan dan juga Pendidikan Kewarganegaraan. Jika pembelajaran saling toleransi dan menghargai perbedaan telah menjadi kebudayaan di kalangan anak-anak Indonesia, maka sangat mudah sekali untuk menerapkan prinsip tersebut secara berkelenjutan.

    Dengan adanya saling keterbukaan informasi yang diperoleh, juga dengan adanya rasa saling memahami, diharapkan siakap intoleransi yang pernah terjadi di Indonesia dapat diminimalisir, bahkan mungkin dihilangkan. Dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat hidup rukun di tengah perbedaan Budaya, tradisi, dan agama.
***





DAFTAR PUSTAKA
Buku

Hartley, John. 2010. Communication, Cultural, and Media Studies. Yogyakarta: Jala Sutra
Mulyana, Deddy. 2012. Cultures and Communication. Bandung: Rosda
Nasrullah,Rusli. 2012. Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana
West, Lynn H. And Richard West. 2010. Introducing Communication Theory Analysis and Application. New York: McGraw-Hill

Website
https://www.erepublik.com/es/article/pentingnya-semboyan-bhinneka-tunggal-ika



[1] Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku atau kitab sutasoma karangan Mpu Tantular. Secara mendalam Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air

[2] Sesuatu yang tidak bisa dipungkiri juga bahwa genosida yang dilakukan oleh peerintah Myanmar terhadap umat muslim memiliki intrik politik, tetapi secara garis besar karena saling tidak memahami perbedaan inilah yang menjadi sebab utama praktek genosida di Myanmar bagian Selatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Pendekatan Memahami Teknologi : Perkembangan Teknologi Informasi dan Pola Interaksi Remaja Masa Kini

Mengunjungi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam Memaknai Nasionalisme

PENGGOLONGAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI DAN SALURAN DAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI