Postingan

Menampilkan postingan dengan label Literature

5 Poems of Mine About Flowers and Unity

Gambar
 Poem 1 the land of flowers   land of ours is a garden fair just beyond your doorstep’s care enveloped by a wooden fence beside the window, a rustic sense   we bloom with each morning rise sunlight adorns us through the window’s glass even when the raindrops gentle fall our smile just the same, standing fall   there are many of us here I am a red rose I am a white jasmine I am a yellow allamanda I am a purple hibiscus   together we dwell in this land under the sun we all stand rooted in the same earth so fine no need hates when love define   Eden’s beauty wouldn’t be with only one color to see everlasting without living he was willing to wait an angel while his gravestone greater than ever his morning eyes harmonize the graveyard where the flowers of mourners wilted for the last   then, a longed-for voice whisper somberly, “you name is everlasting without living!”   a little wonder, in this cemetery there is not such

Perempuan, Lipstik, dan Dahaga Perhatian setelah Seharian Puasa Puisi

Gambar
  “berbanggalah kaum yang miskin! Mereka berbicara dengan tuhannya lebih sering!” -Widya Mareta Judul Buku : Puasa Puisi Penulis : Widya Mareta Penerbit : Indonesia Tera Terbit : Cetakan l, Juni 2021   “Dengan menulis puisi, ... Saya bisa menuangkan keresahan dengan bercerita ....” begitulah ungkapan penulis yang saya baca di cover belakang buku Puasa Puisi ini. Seperti ungkapan Widya, puisi-puisi yang disuguhkanya memang banyak sekali berupa narasi-narasi yang dipuisikan sehingga tidak mengherankan banyak terdapat percakapan-percakapan seperti membaca sebuah cerpen atau cerita pada biasanya. Melihat buku puisi bertemakan perempuan, oleh perempuan yang katanya ingin menambah daftar penulis perempuan di Indonesia, saya berspekulasi bahwa puisi Widya Mareta akan memiliki rasa yang sama dengan puisi-puisi Rupi Kaur (Milk and Honey) dimana berisi tentang penderitaan perempuan di dunia yang terlalu didominasi oleh laki-laki. Tetapi takaran saya keliru. Puasa Puisi bukanlah puisi t

Jalaludin Rumis' Poems in English that Show Love and Erotic

Gambar
The following is Jalaludin Rumi's poem in English. These collected poems show Rumi's deep love for his teacher, Shamseddin. Although love in Rumi's view is not necessarily related to something erotic, when reading the three poems below, it is difficult to imagine it in another way.       Picture of Rumi The Greatness of Absence   Since seeing his face, I can’t look at other people. Once glance from him and I become drunk.   I’ve turned my body into wax to receive the seal of Solomon. In order to soften the wax, I rub and knead it with my hands.   I threw away my false measures after seeing him. I became his flute and started crying when his lips touched me.   I was blindly searching for his hand while all the while he was holding mine. I was asking about him from people who knew nothing about him.   I was so naive. My heart was empty. I behave like a drunken idiot, stealing my own gold with my own hands.   Like a thief I

Review Buku Di Ampenan, Apa Lagi yang Kau Cari? Karya Kiki Sulistyo

Gambar
 Judul : Di Ampenan, Apa Lagi yang Kau Cari? Penulis: Kiki Sulistyo Penerbit: Basa Basi Cetakan : l, Mei 2017 Halaman: 92 hal. “ Ampenan, Apalagi yang Kau Cari?” adalah kumpulan puisi Kiki Sulistyo selama sepuluh tahun. Di dalam buku yang terbilang tipis ini, Kiki berusaha untuk melihat Ampenan, sebuah kota yang berada di pulau Lombok dari sudut pandang seorang anak yang mengingat masa lalunya. Dapat dibilang bahwa kumpulan puisi ini adalah refleksi dari penulis dalam usaha untuk melihat Ampenan secara dekat dan personal. Masa lalu yang ada di Ampenan tidak dilihat oleh Kiki Sulistyo sebagai ungkapan rasa kesedihan yang mendalam akan kehilangan, melainkan melankolis yang mengerikan dan gelap. Di kumpulan puisinya ini, kita tidak diajak pada tempat masa kecil yang penuh permainan, kehangatan masakan ibu, atau peluh bapak yang bersahaja. Tidak, kenangan seperti novel Laskar Pelangi ala Andrea Hirata itu terasa sangat asing dalam kumpulan puisi “Di Ampenan Apa Lagi yang Kau Cari?”. Kenang

Review Buku Anak Asli Asal Mapi Karya Casper Aliandu

Gambar
Judul Buku: Anak Asli Asal Mappi Penulis : Casper Aliandu Penerbit : Indonesia Tera  Anak Asli Asal Mapi adalah kumpulan cerita Casper Aliandu selama mengajar di Mappi, Papua. Buku ini dipenuhi dengan percakapan antara Casper dan penduduk di sana, juga sedikit penambahan deskripsi tempat, budaya, serta komentar-komentar kecil dari penulis. ----- Beberapa waktu lalu, setelah mendengar cerita kampung kami yang belum ada koneksi internet, teman saya berujar, “Kalau di Natuna saja begitu, apalagi di Papua!” Waktu itu saya membalas bahwa entah Natuna ataupun Papua, yang namanya daerah terpencil akan sama saja. Ternyata anggapan saya keliru setelah membaca buku cerita ini. Mappi dalam penuturan Aliandu mengingatkan saya pada kampung kami berpuluh-puluh tahun yang lalu, saat tidak ada listrik, anak sekolah jalan kaki dengan jarak yang jauh, serta makan sagu dan ubi kayu sehari-hari. Buku cerita ini memposisikan Casper sebagai orang luar yang berinteraksi dengan penduduk setempat. Saya melihat

Puisi Red poppy Karya Louise Gluck : Sejatinya Manusia dan Alam adalah Satu

Gambar
. Beberapa waktu yang lalu, saya menjumpai halaman Guardian muncul di feed Google saya.   Halaman yang muncul waktu itu adalah “Poem of the Week” yang merupakan kolom mingguan di situs berita tersebut. Kebetulan puisi yang ditampilkan oleh Carol Rumens hari itu ialah “The Red Poppy” karya Louise Gluck, seorang penyair Amerika Serikat dan pengajar di Yale University. Ia merupakan peraih salah satu perempuan peraih nobel sastra yang karya-karyanya dikenal menampilkan keindahan dalam menyajikan eksistensi manusia. Ketika saya membaca salah satu larik puisi seperti di bawah, saya tidak pernah melupakan puisi ini. Pada hemat saya “Red Poppy” mengambil tema hubungan manusia dan alam, akan tetapi sebenarnya makna yang ingin ditampilkan lebih dari itu. Sejatinya kita, manusia dan alam (Red Poppy) saling terkoneksi. Malahan dalam puisi tersebut mengisyaratkan bahwa kita pernah bersatu dalam satu wujud yang hal ini sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusi Darwin. Karena kita saling terkon

Puisi Kehidupan A Journey to Paradise Karya Jailani Ansera

Gambar
. A Journey to Paradise  It is a long road and far Full mystery till the end More sin and duty There is no chance to escape Or it could not be true Only as fiction as work of imagination Then we pass it, all of it Without knowing, without tinking Only fight and war more Until we tire and bore Let it go, out of my mind Fly to somewhere else Beyond the stars in the ocean of the universe The other side of mankind conscious No one can go, and none back then The paradise out there, out of nowhere

Castillo del Morro

Gambar
Oleh : Jailani Ansera Sebelum berangkat dengan kapal menuju Miami, bangunan terakhir yang dilihat oleh Mary ketika meninggalkan Havana adalah sebuah mercusuar. Bangunan tinggi bewarna abu-abu yang suram, Faro del Castillo del Morro [1] , begitulah orang Kuba menyebut nama tempat tersebut. Seingat Mary, ia pernah melihat kastil yang sama persis di pesisir California beberapa waktu lalu. Akan tetapi, ia lupa tepatnya dimana dan kapan persisnya. Seolah-olah kenangan itu tidak pernah terjadi sama sekali. Kapal yang mereka layari menembus lautan yang cukup luas. Ombak besar beserta badai menghantam kapal sehingga terombang ambing. Semua orang terpana, menangis, dan terperangah. Beberapa lagi memaki dan banyak pula melapalkan doa pada tuhan. Dalam keriuhan itu, ombak yang paling besar datang seperti benteng perang. Cukup satu kali sapu, kapal itu terbalik bagai debu yang disiuh angin sore. Semua orang terjatuh dan tenggelam kecuali Mary beserta seorang laki-laki. Ia tidak kenal