Postingan

Jalaludin Rumis' Poems in English that Show Love and Erotic

Gambar
The following is Jalaludin Rumi's poem in English. These collected poems show Rumi's deep love for his teacher, Shamseddin. Although love in Rumi's view is not necessarily related to something erotic, when reading the three poems below, it is difficult to imagine it in another way.       Picture of Rumi The Greatness of Absence   Since seeing his face, I can’t look at other people. Once glance from him and I become drunk.   I’ve turned my body into wax to receive the seal of Solomon. In order to soften the wax, I rub and knead it with my hands.   I threw away my false measures after seeing him. I became his flute and started crying when his lips touched me.   I was blindly searching for his hand while all the while he was holding mine. I was asking about him from people who knew nothing about him.   I was so naive. My heart was empty. I behave like a drunken idiot, stealing my own gold with my own hands.   Like a thief I

Jenis-jenis Hutan dan Penyebarannya di Berbagai Belahan Dunia

Gambar
  Pohon akan tumbuh di manapun asalkan ada cukup hujan dan musim panas yang cukup hangat. Jika keadaan lingkungan memungkinkan, banyak pohon yang akan tumbuh berdekatan satu sama lain, kemudian membentuk hutan. Di lingkungan yang kering, hutan tidak bisa terbentuk, namun sejumlah pohon bisa tumbuh subur di sekeliling oase ataupun sepanjang sungai.   Hutan Hujan Tropis   Hutan Hujan adalah hutan yang ada di kawasan tropis, yaitu zona di sekeliling khatulistiwa. Di kawasan ini musim terbagi menjadi dua yaitu musim penghujan dan musim kering. Iklimnya seringkali lembab dan hutan daerah tropis akan mendapatkan sinar matahri sepanjang tahun dan emmiliki curah hujan yang tinggi. Hutan tropis tersebar di kawasan Amerika Selatan, Afrika, Asia Tenggara, dan Indonesia. Hutan Hujan Tropis yang paling tua berada di Pulau Klaimantan, sedangkan yang paling muda adalah Hutan Hujan Tropis di Benua Afrika.   Hutan Hujan Tropis keberadaanya snagat penting bagi keseimbangan iklim di dunia. Hu

Review Novel Semasa Karya Teddy W. Kusuma dan Maesy Ang

Gambar
Ulemasa: Kenangan Memang Sesedih Itu, tetapi Hidup Harus Berlanjut   Judul         : Semasa Penulis      : Teddy W. Kusuma dan Maesy Ang Penerbit    : Post Press Halaman   : 149 hal. Terbit        : Cet VI, Februari 2021     “... kami menerbitkan naskah-naskah yang kami suka, untuk pembaca yang tepat. ... agar setiap naskah dapat diantarkan dengan gembira dan sungguh-sungguh.”   Komitmen yang sangat menarik. --- Sepuluh halaman pertama ketika membaca novel Semasa, saya menyadari bahwa novel ini akan bercerita tentang dua sepupu yang tergolong berada bernostalgia tentang sebuah rumah di Desa Pandanwangi. “Apa menariknya?” pikir saya kala itu. Cerita tentang keluarga yang mengenang sebuah rumah lama bukannya sudah banyak?   Setelah lebih lanjut mencerna cerita yang dibawakan kedua penulis, saya menyadari ada sesuatu yang lebih ditawarkan oleh Semasa. Sepertinya pandangan Yuval Noah Harari bahwa untuk menentukan sebuah buku luar biasa atau tidak dapat dilih

Review Buku Di Ampenan, Apa Lagi yang Kau Cari? Karya Kiki Sulistyo

Gambar
 Judul : Di Ampenan, Apa Lagi yang Kau Cari? Penulis: Kiki Sulistyo Penerbit: Basa Basi Cetakan : l, Mei 2017 Halaman: 92 hal. “ Ampenan, Apalagi yang Kau Cari?” adalah kumpulan puisi Kiki Sulistyo selama sepuluh tahun. Di dalam buku yang terbilang tipis ini, Kiki berusaha untuk melihat Ampenan, sebuah kota yang berada di pulau Lombok dari sudut pandang seorang anak yang mengingat masa lalunya. Dapat dibilang bahwa kumpulan puisi ini adalah refleksi dari penulis dalam usaha untuk melihat Ampenan secara dekat dan personal. Masa lalu yang ada di Ampenan tidak dilihat oleh Kiki Sulistyo sebagai ungkapan rasa kesedihan yang mendalam akan kehilangan, melainkan melankolis yang mengerikan dan gelap. Di kumpulan puisinya ini, kita tidak diajak pada tempat masa kecil yang penuh permainan, kehangatan masakan ibu, atau peluh bapak yang bersahaja. Tidak, kenangan seperti novel Laskar Pelangi ala Andrea Hirata itu terasa sangat asing dalam kumpulan puisi “Di Ampenan Apa Lagi yang Kau Cari?”. Kenang

Review Buku Anak Asli Asal Mapi Karya Casper Aliandu

Gambar
Judul Buku: Anak Asli Asal Mappi Penulis : Casper Aliandu Penerbit : Indonesia Tera  Anak Asli Asal Mapi adalah kumpulan cerita Casper Aliandu selama mengajar di Mappi, Papua. Buku ini dipenuhi dengan percakapan antara Casper dan penduduk di sana, juga sedikit penambahan deskripsi tempat, budaya, serta komentar-komentar kecil dari penulis. ----- Beberapa waktu lalu, setelah mendengar cerita kampung kami yang belum ada koneksi internet, teman saya berujar, “Kalau di Natuna saja begitu, apalagi di Papua!” Waktu itu saya membalas bahwa entah Natuna ataupun Papua, yang namanya daerah terpencil akan sama saja. Ternyata anggapan saya keliru setelah membaca buku cerita ini. Mappi dalam penuturan Aliandu mengingatkan saya pada kampung kami berpuluh-puluh tahun yang lalu, saat tidak ada listrik, anak sekolah jalan kaki dengan jarak yang jauh, serta makan sagu dan ubi kayu sehari-hari. Buku cerita ini memposisikan Casper sebagai orang luar yang berinteraksi dengan penduduk setempat. Saya melihat

Puisi Red poppy Karya Louise Gluck : Sejatinya Manusia dan Alam adalah Satu

Gambar
. Beberapa waktu yang lalu, saya menjumpai halaman Guardian muncul di feed Google saya.   Halaman yang muncul waktu itu adalah “Poem of the Week” yang merupakan kolom mingguan di situs berita tersebut. Kebetulan puisi yang ditampilkan oleh Carol Rumens hari itu ialah “The Red Poppy” karya Louise Gluck, seorang penyair Amerika Serikat dan pengajar di Yale University. Ia merupakan peraih salah satu perempuan peraih nobel sastra yang karya-karyanya dikenal menampilkan keindahan dalam menyajikan eksistensi manusia. Ketika saya membaca salah satu larik puisi seperti di bawah, saya tidak pernah melupakan puisi ini. Pada hemat saya “Red Poppy” mengambil tema hubungan manusia dan alam, akan tetapi sebenarnya makna yang ingin ditampilkan lebih dari itu. Sejatinya kita, manusia dan alam (Red Poppy) saling terkoneksi. Malahan dalam puisi tersebut mengisyaratkan bahwa kita pernah bersatu dalam satu wujud yang hal ini sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusi Darwin. Karena kita saling terkon