Café Colombus



Shevtsova/pexels


Siang hari ketika musim dingin yang buruk menjelang natal, Philippe Nonet masuk ke sebuah café yang tenang. Suasana dingin tidak dipedulikanya ketika menginjak Café Columbus di dekat anjungan Kota Marseille[1] karena pandanganya lansung tertuju pada satu sosok. Siluet yang menarik perhatianya sehingga melupakan cuaca tidak menyenangkan tersebut. Seorang perempuan yang memiliki rambut indah dan terurai menghadap pada dinding kaca café yang transparan. Ketika perempuan itu menghirup kopinya, Philippe melihat leher yang indah, begitu cantik seperti sebuah boneka tua yang dibuat dari tanah liat. Sangat antik. Sedangkan tepat di meja depan perempuan itu, sebuah buku yang kelihatanya sangat baru tergeletak manis. Setelah memperhatikan sekilas pada buku itu, Philippe tersenyum.

Semoga tuhan membantu kita semua, itulah kalimat terakhir yang ditulis oleh Irène Nèmirovsky sebelum akhirnya mati di kamar eksekusi. Mungkin hal terakhir yang dilihatnya adalah kabut-kabut asap beracun yang disemprotkan Nazi dan masuk ke dalam paru-paru hingga membuat jiwanya tercabut dari badan. Kita tidak tahu surga manakah yang dimasukinya, apakah surga Nasrani sebagaimana ia dibabtis ataupun surga Yahudi sebagaimana alasan ia dibunuh. Sama halnya kita tidak tahu tuhan mana yang ia maksud.” Kata Philippe tergagap-gagap sambil melirik pada buku itu.

Désolé, je connais monsieur?[2] Tanya perempuan itu dengan nada keheranan. Sedangkan alisnya ditekuk menunjukkan rasa tidak aman.

“Itu tadi hanya tentang buku.” Kata Philippe dengan cepat. “Hanya sejenis, Anda tahu, basa basi…”

“Oh, jadi anda telah membacanya, monsieur.”

“Buku yang bagus.” Komentar Philippe sambil mengisyaratkan memohon untuk duduk. Perempuan di depanya mengangguk. Sebuah cicin terlihat indah dijarinya ketika ia memegang buku Suite Française dan meletakkan di dadanya.

“Suamiku yang membelikanya semalam. Hadiah ulang tahunku. Ia tahu bahwa aku suka sejarah.” Komentar perempuan tersebut sambil tersenyum bahagia seolah-olah dunia berputar padanya hari ini.

Terperangah, lalu diam sebentar, Philippe mencoba untuk tersenyum. Akan tetapi raut wajahnya tidak dapat menghilangkan kenyataan bahwa ia sedikit kecewa. “Suami anda memiliki rasa yang bagus.”

“Ku rasa begitu.”

“Anda tidak akan kecewa.” Kata Philippe dengan sedikit bersalah. “Maksudku, isi bukunya.”

Sambil tersenyum perempuan muda itu menjawab, “Aku baru mulai membacanya.”

Setelah itu mereka berdua menghabiskan siang dengan menghirup kopinya mansing-mansing. Perempuan yang memiliki mata cokelat tua di depanya mulai membuka buku bab awal novel tersebut tanpa berkata apapun. Sedangkan di depanya, Philippe juga hanya diam. Ia menghirup kopi secara lembut guna menghangatkan paru-parunya yang rasanya ditimbun gumpalan es. Lima belas menit kemudian, ia undur diri dan meninggalkan Café Colombus. Di luar sana, cuaca terasa semakin dingin meskipun mereka berada dekat sekali dengan Laut Mediterania. Philippe berharap matahari akan muncul siang itu, akan tetapi harapanya hambar sebagaimana harapanya dengan perbincangan kecil barusan.

“Aku selalau membenci musim dingin.” Sungut Philippe sambil benar-benar meninggalkan café tersebut. Akan tetapi dari jarak yang agak jauh, ia membalikkan wajah, kembali menatap pada perempuan muda yang memiliki rambut terurai itu. “Sayang sekali.” Katanya pelan.

***


[1] Kota yang terletak di Selatan Perancis
[2] Maaf, Apakah saya mengenal Anda? (Perancis)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGGOLONGAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI DAN SALURAN DAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

3 Pendekatan Memahami Teknologi : Perkembangan Teknologi Informasi dan Pola Interaksi Remaja Masa Kini

Fungsi dan Kedudukan Hadis dalam Al-Qur'an